Memberi
Makna Baru Kepahlawanan
Oleh:Liobijumes
Pagi itu tepat jam 06:45 kami menyusuri jalan Yogyakarta. Tepatnya tugu depan persimpangan empat. Sejauh mata memandang terlihat gedung-gedung tinggi nan megah dan juga ada rumah-rumah mungil disampingnya. Terlihat tukang becak berbaju merah sesekali kibaran bendera berwarna merah putih pas ditutupan becak. Ia mengayuh pedal becaknya sesekali mengusap keringat. Namun, disisilain terlihat tempat-tempat pemberlanjaan … tak cukup uang saku untuk mampir kesana. Maklum mahasiswa berbeda dengan para pejabat.
Yogyakarta
dimata, diungkapan kami, sering didengar, dilihat sebagai kota pelajar dan unik. Keramahan
masyarakatnya terbukti. Di kota Yogyakarta terdapat banyak lembaga pendidikan
menengah maupun lembaga pendidikan tinggi, sekaligus banyak tempat-tempat
bersejarah dan kota budaya. Banyak pemuda yang datang ke Yogyakarta untuk
melanjutkan pendidikan. Mereka berasal dari berbagai kota di Indonesia.
Kerja-keras, berkualitas dan berprestasi itulah kecenderungan kota ini.
Teringat
uangkapan, “bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawanya”.
Kalimat lantang Soekarno, sang bapak prolamator itu nampaknya tetap abadi,
apalagi menjelang peringatan hari pahlawan yang setiap pada tanggal 10 November
kerapkali diperingati. Para pemuda sebelum kemerdekaan adalah untuk
memperjuangkan hak-hak bangsa dari penjajah. Dulu mereka berkorban demi
kemerdekaan.
86 tahun silam, pemuda bangsa
berkumpul dalam sebuah kongres yang menghasilkan sebuah sumpah yang dikenal
sebagai Soempah Pemoeda.
-SOEMPAH
PEMOEDA-
Satoe: KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA
Doea: KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA
Tiga: KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA
Satoe: KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA
Doea: KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA
Tiga: KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA
Djakarta, 28 Oktober 1928
Teks
diatas adalah kutipan dari teks asli sumpah Pemuda. Yang menjadi teks pemandu
bagi para pemuda Indonesia saat ini untuk ikut berjuang bagi kemerdekaan bangsa
Indonesia. Kini Indonesia telah merdeka sebagai Negara kepulauan terbesar
didunia. Akan tetapi kepahlawanan tidak berhenti disana. Dalam mengisi
kemerdekana pun dituntut untuk menjadi pahlawan, yang berlangsung dalam
kehidupan kita setiap hari. Setiap hari setidaknya kita bisa menjadi pahlawan
bagi diri kita sendiri, organisasi, kampus dan orang-orang yang kita kasihi.
Artinya, kita menjadi pemuda Negara yang baik dan meningkatkan kemampuan dalam
diri kita. Dan juga, perjalanan para pemuda belum berakhir di sini. Bila pemuda
sebelum kemerdekaan memperjuangkan kemerdekaan melawan para penjajah, kini
waktunya generasi muda yang beraksi. Yaitu mewujudkan sumpah diatas dengan
kerja-keras, berkualitas, berprestasi, ikut dalam kemajuan dan perkembangan
Indonesia dimanapun kita sedang berada.
Melihat
beberapa wilayah Indonesia dihantui tindakan terror. Kita membutuhkan
orang-orang yang berani untuk menangkap perlakunya. Seperti saat ini Negeri kita sedang di landa
penyakit kangker korupsi, kolusi,neptisme yang sudah mencapai stadium akhir.
Maka dengan itu kita perlu orang-orang berani. Maksudnya adalah apapun bidang
keilmuan yang kita geluti selaku pemuda harusnya mempergunakan itu untuk
menangkap para pelaku kejahatan di negeri ini.
Hemat penulis, cara lain pemuda bangsa ini untuk mengembilangkan bangsa Indonesia adalah tidak melupakan jati diri sebagai masyarakat Indonesia. Bangga akan budaya dan adat istiadat, menjaga peninggalan sejarah, dan menghargai perbedaan adalah salah satu cara untuk memajukan Indonesia. Karna kemajuan sebuah Negara dapat di lihat dati karakter bangsanya sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar