Kamis, 12 November 2015

Puisi: Kosong

Kosong
karya: Lutfia Nafisatu D
(SMK N 1 Tempel)



Sepi masih enggan beralih,
Menggelayut,
Menggantung antara sedihku,
Dan takutku.

Berdencit,
Memekaki ruangan,
Angin memaksa masuk.
Menubruk.
Apa yang menghalanginya,
Melewati sela jendela.
Dingin pun menusuk,
malam semakin larut,
terasa sulit tuk menyulut.
Mataku pun tertutup.

Aku berlari,
 Namun sia-sia, takkan berujung apa-apa.
 Aku mencari,
 Namun takku tahu, apa yang harusnya ada.
 Aku pergi,
 Namun percuma, arah tlah tiada.”

“Bapak Ibuku tak sepaham,
 Lagi.
 Cinta diantara mereka telah padam,
 Tak berarti.”

Mimpi itu maklum.
Aku terbangun,

Kesepianku mulai memeluk,
jiwaku tertunduk,
bagai sembilu aku tertusuk,
Terasa seperti berontak,
atas pikirku yang berantak,

Mencoba menuruti,
Tak terpejam lagi,
Membuat siksaan hati,
Konflik batin yang tak berhenti.
  
Aku mendongak,
Malam mulai congkak,
Aku beranjak.

Angin tak lagi berlari-lari,
Ramahnya menyambut pagi.

Aku sadar,
Mulailah menuai akar,
Yang telah lama  ditanam kasar,
Tersisa perih, sedih, aku merintih,

Aku hanya anak kecil,
Yang mulai tumbuh kerdil,
Pengetahuanku tak seberapa,
Perasaankulah yang terluka,
Atas tragedi Ibu Bapak,
Aku merangkak,
Mencakar dunia,
Mempersalahkan siapa,
Masalah yang ada,

Aku begini, tapi tak ingin begini,
Bak boneka kayu,
terdampar dan lapar,
kasih dan sayang,
Hendak teriak,
Lantang dan panjang,
Tidak!!!

Kubasuh mukaku,
Air mulai membelai, seluruhku,
Memapahku, Ke peraduanku,
Mengambung Sajadahku,
Menengadah Tuhanku,

YA ALLAH, akhiri aku jika memang harus berakhir”


0 komentar:

Posting Komentar